KOMPLEKSOMETRI
Titrasi kompleksometri atau kelatometri adalah suatu jenis titrasi dimana reaksi antara bahan
yang dianalisis dan titrat akan membentuk suatu kompleks senyawa. Kompleks senyawa ini dsebut kelat dan terjadi akibat titran dan titrat yang saling mengkompleks. Kelat yang terbentuk
melalui titrasi terdiri dari dua komponen yang
membentuk ligan dan tergantung pada titran serta titrat yang hendak diamati. Kelat yang
terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua komponen yang membentuk ligan dan
tergantung pada titran serta titrat yang hendak diamati.
Kelatometri dalam perkembangan analisis kimia sempat
mengalami kemunduran karena kelemahan-kelemahannya serta karena adanya
cara-cara baru yang lebih baik. Akan tetapi hal ini diperbaiki dengan
berkembangnya penelitian-penelitian tentang pengkelat
polidentat. Perhatian baru terhadap
kompleksiometri ini diawali oleh Schawazenbach tahun 1954, ia menyadari bahwa potensi pengkelat dalam analisis
volumetrik sangat baik. Ahli kimia asal Swiss in mengkhususkan perhatiannya pada penggunaan
asam-asam aminopolikarboksilat, salah satunya Ethylenediaminetetraacetic acid
(EDTA).
Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku
sebagai dasar penentuan titrimetrik melibatkan pembentukan (formasi) kompleks
atau ion kompleks yang larut namun sedikit terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud
di sini adalah kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah kation,
dengan sebuah anion atau molekul netral.
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai
reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan
molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar
terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi
komplek biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai
titrasi kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA.
Faktor-faktor yang mempbuat EDTA ampuh sebagai pereaksi
titrimetri antara lain:
1) Selalu membentuk kompleks ketika direaksikan dengan ion logam.
2) Kestabilannya dalam membentuk kelat sangat konstan sehingga reaksi berjalan sempurna (kecuali dengan logam alkali).
3) Dapat bereaksi cepat dengan banyak jenis ion logam
5) mudah diperoleh bahan baku primernya dan dapat digunakan baik sebagai bahan
yang dianalisis maupun sebagai bahan untuk standardisasi.
Faktor-faktor
inilah yang membuat syarat-syarat untuk titrasi telah terpenuhi dengan baik jika menggunakan EDTA.
ethylene diamine tetra acetic acid (EDTA)
EDTA merupakan asam lemah dengan
empat proton. Bentuk asam dari EDTA dituliskan sebagai H4Y dan
reaksi netralisasinya adalah sebagai berikut :
Sebagai penitrasi/pengomplek
logam, biasanya yang digunakan yaitu garam Na2EDTA (Na2H2Y),
karena EDTA dalam bentuk H4Y dan NaH3Y tidak larut dalam
air.
EDTA dapat mengomplekkan hampir
semua ion logam dengan perbandingan mol 1 : 1 berapapun bilangan oksidasi logam
tersebut.
Kestabilan senyawa komplek dengan
EDTA, berbeda antara satu logam dengan logam yang lain. Reaksi pembentukan
komplek logam (M) dengan EDTA (Y) adalah :
M + Y → MY
Konstanta pembentukan/kestabilan
senyawa komplek dinyatakan sebagai berikut ini :
Besarnya harga konstante
pembentukan komplek menyatakan tingkat kestabilan suatu senyawa komplek. Makin
besar harga konstante pembentukan senyawa komplek, maka senyawa komplek
tersebut makin stabil dan sebaliknya makin kecil harga konstante kestabilan
senyawa komplek, maka senyawa komplek tersebut makin tidak (kurang) stabil.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kestabilan kompleks, yaitu :
a.
Kemampuan mengkompleks logam-logam.
Kemampuan
mengkompleks relatif (dari) logam-logam digambarkan dengan baik menurut klarifikasi
Schwarzenbach, yang dalam garis besarnya didasarkan atas pembagian logam
menjadi asam Lewis (penerima pasangan elektron) kelas A dan kelas B.
b.
Ciri-ciri khas ligan itu.
Di
antara ciri-ciri khas ligan yang umum diakui sebagai mempengaruhi kestabilan
kompleks dalam mana ligan itu terlibat, adalah :
1. kekuatan basa dari
ligan itu,
2. sifat-sifat
penyepitan (jika ada), dan
3. efek-efek sterik
(ruang).
Keinertan
atau kelabilan kinetik dipengaruhi oleh banyak faktor, tetapi pengamatan umum
berikut ini merupakan pedoman yang baik akan perilaku kompleks-kompleks dari
berbagai unsur, yaitu diantaranya :
1. Unsur grup utama,
biasanya membentuk kompleks-kompleks labil.
2. Dengan kekecualian
Cr(III) dan Co(III), kebanyakan unsur transisi baris-pertama, membentuk
kompleks-kompleks labil.
3. Unsur transisi baris
kedua dan baris ketiga, cenderung membentuk kompleks-kompleks inert.
Suatu
reaksi kompleks dapat dipakai dalam penitaran apabila:
·
Kompleks
cukup memberikan perbedaan pH yang cukup besar pada daerah titik setara.
·
Terbentuknya
cepat.
Beberapa
jenis senyawa Kompleks
Ada
2 jenis lignand dilihat dari jumlah atom donor di dalamnya :
1. Ligand monodentat :
terdapat 1 atom di dalamny
2. Ligand polidentat :
terdapat lebih dari 1 atom donor di dalamnya
Faktor-faktor
yang akan membantu menaikkan selektivitas, yaitu :
1. Dengan mengendalikan
pH larutan dengan sesuai
2. Dengan menggunakan
zat-zat penopeng
3. Kompleks-kompleks
sianida
4. Pemisahan secara
klasik
5. Ekstraksi pelarut
6. Indikator
7. Anion-anion
8. ‘Penopengan Kinetik’
Macam-macam
indikator logam, yaitu diantaranya :
1. Mureksida (C.I.
56085)
2. Hitam Solokrom (Hitam
Eriokrom T)
3. Indikator Patton dan
Reeder
4. Biru Tua Solokrom
atau Kalkon
5. Kalmagit
6. Kalsikrom
(calcichrome)
7. Hitam Sulfon F Permanen
(C.I. 26990)
8. Violet Katekol
(Catechol Violet) atau Violet Pirokatekol (Pyrocatechol Violet)
9. Merah Bromopirogalol
(Bromopyrogalol Red)
10. Jingga Xilenol
(Xylenol Orange)
11. komplekson
Timolftalein (Timolftalein)
12. Biru Metiltimol
(Komplekson Biru Metiltimol)
13. Zinkon (Zincon) atau
1-(2-hidroksi-5-sulfofenil)-3-fenil-5-(2-karboksifenil)-formazan
14. Biru Variamina (C.I.
37255)
Kesalahan
titrasi kompleksometri tergantung pada cara yang dipakai untuk mengetahui titik
akhir. Pada prinsipnya ada dua cara, yaitu kelebihan titran yang pertama
ditunjukkam atau berkurangnya konsentrasi komponen tertentu sampai batas yang
ditentukan, dideteksi.
1. Kesalahan titrasi
dihitung dengan cara yang sama pada titrasi pengendapan.
2. Digunakan senyawa
yang membentuk senyawa kompleks yang berwarna tajam dengan logam yang
ditetapkan. Warna ini hilang atau berubah sewaktu logam telah diikat menjadi
kompleks yang lebih stabil. Misalnya EDTA.
Larutan
buffer adalah larutan yang terdiri dari garam dengan asam lemahnya
atau garam dengan basa lemahnya. Komposisi ini menyebabkan larutan memiliki
kemampuan untuk mempertahankan pH jika kedalam larutan ditambahkan sedikit asam
atau basa. Hal ini disebabkan larutan penyangga memiliki pasangan asam basa
konyugasi.
Larutan
penyangga sangat penting dalam kehidupan; misalnya dalam analisis
kimia, biokimia, bakteriologi, zat warna, fotografi, dan industri kulit. Dalam
bidang biokimia, kultur jaringan dan bakteri mengalami proses yang sangat
sensitif terhadap perubahan pH. Darah dalam tubuh manusia mempunyai kisaran pH
7,35 sampai 7,45, dan apabila pH darah manusia di atas 7,8 akan menyebabkan
organ tubuh manusia dapat rusak, sehingga harus dijaga kisaran pHnya dengan
larutan penyangga.
Adanya larutan penyangga ini dapat kita lihat dalam kehidupan
sehari-hari seperti pada obat-obatan, fotografi, industri kulit dan zat warna.
Selain aplikasi tersebut, terdapat fungsi penerapan konsep larutan penyangga
ini dalam tubuh manusia seperti pada cairan tubuh. Cairan tubuh ini bisa dalam
cairan intrasel maupun cairan ekstrasel. Dimana sistem penyangga utama dalam
cairan intraselnya seperti H2PO4- dan HPO42- yang dapat bereaksi dengan suatu
asam dan basa. Adapun sistem penyangga tersebut, dapat menjaga pH darah yang hampir
konstan yaitu sekitar 7,4. Selain itu penerapan larutan penyangga ini dapat
kita temui dalam kehidupan sehari-hari seperti pada obat tetes mata. Pada obat
tetes mata mempunyai pH yang sama dengan cairan tubuh kita, agar tidak
menimbulkan efek samping.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar