TITRASI REDUKSI OKSIDASI
Titrasi Reduksi oksidasi (redoks) adalah suatu penetapan kadar
reduktor atau oksidator berdasarkan atas reaksi oksidasi dan reduksi dimana
redoktur akan teroksidasi dan oksidator akan tereduksi.
Secara umum oksidasi diartikan sebagai reaksi pengikatan
oksigen dan reduksi sebagai pelepasan oksigen. Berdasarkan konsep elektron dari
suatu zat, istilah redok digunakan untuk reaksi-reaksi dimana terjadi pelepasan
dan pengikatan elektron. Pelepasan elektron disebut oksidasi sedangkan
pengikatan elektron disebut reduksi.
Agar dapat digunakan sebagai dasar titrasi, maka reaksi redoks
harus memenuhi persyaratan umum sebagai berikut :
Reaksi harus cepat dan sempurna.
Reaksi berlangsung secara stiokiometrik, yaitu terdapat
kesetaraan yang pasti antara oksidator dan reduktor.
Titik akhir harus dapat dideteksi, misalnya dengan bantuan
indikator redoks atau secara potentiometrik.
Bilangan oksidasi
Untuk menentukan bobot ekivalen pada titrasi redoks dapat juga
dilakukan tanpa melengkapkan koefisien reaksi, yaitu dengan menggunakan
bilangan oksidasi(tingkat oksidasi). Perubahan bilangan oksidasi menunjukkan
jumlah elektron yang diikat atau dilepaskan pada reaksi redoks.
Untuk menetapka bilangan oksidasi digunakan ketentuan berikut
:
Bilangan oksidasi dari ion sederhana (monnoatomik) sama dengan
muatannya.
Jumlah bilangan oksidasi dari molekul adalah nol.
Jumlah bilangan oksidasi dari atom-atom yang menyusun ion sama
dengan muatan dari ion tersebut.
Bilangan oksidasi dari H = +1 (kecuali pada gas Hidrogen dan
hidrida, masing-masing adalah -1, 0 dan +2).
Bilangan oksidasi dari H = +1 (kecuali pada gas Hidrogen dan
hidrida, masing-masing adalah 0 dan -1).
Bilangan oksidasi dari logam, yaitu sama dengan valensinya dan
diberi tanda positif.
Indikator redoks
Disamping secara potensiometrik (dengan mengukur loncatan
potensial larutan), titik akhir dari titrasi redoks dapat juga ditetapkan
secara visual apabila sistem redoks itu sendiri memperlihatkan peruabahan warna
pada titik akhir titrasi (misalnya KmnO4), atau dengan menambahkan
indikator redoks. Indikator adalah senyawa organik yang bila dioksidasi dengan
atau direduksi akan mengalami perubahan warna. Perbedaan warna dari bentuk
tereduksi dengan bentuk teroksidasi harus tajam, sehingga penggunaannya dapat
sesedikit mungkin untuk mengurangi kesalahan titrasi.
Titrasi redoks melibatkan reaksi
oksidasi dan reduksi antara titrant dan analit. Titrasi redoks banyak
dipergunakan untuk penentuan kadar logam atau senyawa yang bersifat sebagai
oksidator atau reduktor. Aplikasi dalam bidang industri misalnya penentuan
sulfite dalam minuman anggur dengan menggunakan iodine, atau penentuan kadar
alkohol dengan menggunakan kalium dikromat.
Titik akhir titrasi dalam titrasi
redoks dapat dilakukan
dengan membuat kurva titrasi antara potensial
larutan dengan volume titrant,
atau dapat juga menggunakan indikator. Dengan memandang tingkat kemudahan dan
efisiensi maka titrasi redoks dengan indikator sering kali yang banyak dipilih.
Beberapa titrasi redoks menggunakan warna titrant sebagai indikator contohnya
penentuan oksalat dengan permanganate, atau penentuan alkohol dengan kalium
dikromat.
Beberapa titrasi redoks
menggunakan amilum sebagai indikator, khususnya titrasi redoks yang melibatkan
iodine. Indikator yang lain yang bersifat reduktor/oksidator lemah juga sering
dipakai untuk titrasi redoks jika kedua indikator diatas tidak dapat
diaplikasikan, misalnya ferroin, metilen, blue, dan nitroferoin.
Macam-macam titrasi redoks :
- Permanganometri
- Iodin : iodimetri, iodometri, iodatometri
- Brom : bromometri, bromatometri
- Cerimetri
- Dikromatometri
- Nitrimetri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar